|
Setera institute (setarainstitute) |
Setara Institute kembali “bernyanyi”
dengan pernyataan ketuanya Hendardi, Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com
(27/5/2012) Hendardi Ketua Setara Institute menyatakan bahwa Pembatalan
konser Lady Gaga yang bertajuk “Born This Way Ball Tour” menunjukkan
bahwa Indonesia bukan negara yang sepenuhnya berdaulat. Pengekangan
kebebasan berekspresi masih terjadi di negara yang telah merdeka selama
67 tahun ini.
Kompas mengutip pernyataanya sebagai berikut : “Ada
tarik ulur izin. Ini sudah bukan wilayah hukum lagi, melainkan
komoditas politik. Dan yang paling nyata, kedaulatan aparat hukum sudah
dikalahkan kepentingan kelompok tertentu, yang tidak mewakili rakyat
Indonesia,” ujar Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Hendardi, kepada Kompas.com, Minggu (27/5/2012).
Penulis menilai cara Hendardi ini tidak
lebih dari propaganda Zionisme International yang memang sedang diemban
oleh Setara Institute di Indonesia, Cara terakhir ketika sudah tidak
mampu lagi berbuat adalah menghembuskan angin kebusukan, perpecahan dan
adu domba. Target pernyataanya ini tidak lebih dari sekedar
“Mengkompori” POLRI seakan-akan POLRI telah jatuh wibawanya, terlebih
dengan menyatakan bahwa batalnya konser Lady Gaga adalah kemenangan
Kelompok tertentu.
Hendardi Ketua Setara Institute (setarainstitute)
Menyebut Indonesia tidak berdaulat dan
kemenangan kelompok tertentu (dalam hal ini FPI dan Islam), Cuma Setara
Institute malu-malu menyebutnya, merupakan Proyek Adu Domba Pemerintah
dan Rakyat.
Hendardi juga mengatakan pembatalan ini bentuk tidak menghargai keberagaman di Indonesia, Menurut
Hendardi, pembatalan konser Lady Gaga membuat penegakan HAM di
Indonesia mundur satu langkah, serta ketiadaan sikap tegas pemerintah
Indonesia. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, kedaulatan hukum di
Indonesia akan semakin buruk.
Hal ini dibantah Menteri Agama (Menag
RI) bahwa pembatalan Konser Lady Gaga bukan kemenangan siapapun dan
bukan pula kemenangan FPI. Menag justru menaruh hormat dan berterima
kasih kepada Big Daddy Entertaiment selaku Promotor yang sudah berlaku
bijak dalam hal ini (kompas.com).
Maka, apa yang dilakukan oleh Setara
Institute dengan menghembuskan kebencian terhadap kelompok yang
dimaksudkanya dengan seolah-olah menyatakan Indonesia telah hilang
kedaulatannya menurut Penulis adalah bentuk dari konspirasi Zionisme
dalam bentuk adu domba ketika cita-cita mereka tidak tercapai.
Setara Institute Pernah Membuat Laporan Sampah
Setara Institute merupakan LSM yang
mengembangkan dan mengkampanyekan Pluralisme, Liberalisme dan
Sekularisme di Indonesia seperti halnya Gerakan-Gerakan Sekuler lainnya.
Pastinya mereka memasang badan untuk “memerangi” kelompok lain yang
tidak sejalan dengan pemikirannya.
Hal ini pernah Setara lakukan dengan
membuat laporan yang ngawur tentang radikalisme Islam di Jabotabek dan
Jawa Barat. Seorang Mahasiswa Program Dokotral ditahun 2010 yang lalu
menilai laporan Setara Insttitute tersebut tak lebih dari “Sampah” (mediaislam.com)
Hendardi Bersama Adnan Buyung Nasution
Berbagai Cara Untuk Membredel Gerakan Keagamaan di Indonesia Salah
Satunya Melalui RUU Intelijen (matanews.com)
Hasil riset SETARA Institute tersebut merupakan proyek-proyek Zionisme International, dimana Riset ini dibiayai oleh lembaga
dari Amerika, United States Agency for International Development
(USAID) itu jelas-jelas menghasilkan kesimpulan yang bukan saja salah,
tapi juga penuh fitnah dan provokatif.
LSM yang berkantor di Benhil Jakarta
Pusat itu berkesimpulan bahwa radikalisme disebabkan oleh dua hal,
genealogi masa lalu dan frustrasi sosial akibat kesejahteraan yang tidak
merata. Menurut mereka, secara ideologis radikalisme berakar dari
gerakan Masyumi, Darul Islam (DI) dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
(DDII). Yang menggelikan, mereka menuduh bahwa radikalisme disebabkan
oleh frustrasi sosial akibat kesejahteraan yang tidak merata. Artinya
mereka menganggap bahwa para pelaku tindakan ‘radikal’ itu adalah
orang-orang miskin dan marjinal.
Jika dicermati, laporan LSM liberal yang
menyebarkan virus Liberal Sekulerisme di Indonesia yang dipimpin oleh
Hendardi itu akan banyak ditemui hal-hal yang bertentangan dengan fakta,
bahkan saling kontradiktif. Pada halaman 80 misalnya, mereka menulis
Habib Rizieq Syihab tidak menyelesaikan studi S-2nya di Malaysia,
padahal Habib Rizieq malah sedang menyelesaikan program doktoralnya.
Setara memasukkan FUI sebagai organisasi radikal, padahal dalam ‘riset’
yang mereka lakukan, tidak ada masyarakat yang mempersepsikan FUI
sebagai ormas radikal yang gemar melakukan kekerasan (hal. 64-65).
Setara juga menuduh, orang-orang seperti Al Khaththath, Ismail Yusanto,
Cholil Ridwan adalah tokoh radikal yang menyusup ke tubuh MUI. Padahal
keberadaan mereka di MUI sah berdasarkan Surat Keputusan (SK) yang sah
pula. Terkait dana, rupanya Setara melakukan kesalahan yang sangat
fatal. Sepertinya mereka terlalu memaksakan diri menulis hal ini.
Sebagai contoh, mereka melaporkan bahwa Suara Islam (SI) didanai
sejumlah politisi Partai Gerindra. Selain itu juga oleh Bio Additive
OCTANE N, Es Pisang Hijau, Bakso Qalbu dan Royal Java Tour and Travel.
Kesimpulan ini mereka dapatkan setelah ‘mengintip’ website resmi SI (
www.suara-islam.com) dan membeli sebuah tabloid SI edisi 103.
Sementara tokoh-tokoh yang mereka sebut, seperti Habib Rizieq, Al
Khaththath, Chep Hernawan, Salim Badjri, Muhammad Qudsy juga mengaku
tidak pernah dihubungi pihak Setara. Padahal tidak ada satu kesulitanpun
untuk menghubungi mereka. Sementara dalam laporan itu nama mereka
disebut puluhan kali dalam banyak tempat. Kata Forum Umat Islam (FUI)
misalnya, disebut setidaknya 160 kali di 30 tempat. Sedangkan nama
Muhammad Al Khaththath disebut sebanyak 21 kali di 13 tempat.
Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto juga membantah bila ada kadernya yang pernah diwawancarai Setara. “
Setiap wawancara untuk penelitian harus seizin Jubir dan tidak pernah ada ajuan izin dari Setara Institute”, jawab Ismail
(SuaraIslam.com)
Setara Institute & Propaganda Zionisme International
Setara Institue bekerja berdasarkan pesanan Zionisme International dalam laporan “ngawurn” tersebut yaitu dari Rand Corporation. Rand Corporation sendiri adalah sebuah Pusat
Penelitian dan Pengkajian Strategi tentang Islam dan Timur Tengah, yang
berpusat di Santa Monica, California dan Arington, Virginia, Amerika
Serikat. Beroperasi atas biaya Smith Richardson Foundation.
Rand Corporation dulunya adalah
perusahaan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa
Monica-California yang didirikan setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Kini perusahaan tersebut melihat dirinya sebagai lembaga think tank
independen, walaupun sebagian besar dana untuk 800 orang staf
penelitinya diperoleh dari pengerjaan proyek penelitian badan militer
AS, Pentagon.
Munarman dari FPI menjelaskan ada kesamaan
Agenda antara Setara Institute, Moderate Muslim Society (MMS) dan BNPT dengan Rand Corporation dalam proyek deradikalisasi Islam.
Semua itu berangkat dari dua laporan Rand Corporation yang dikeluarkan
pada tahun 2003 dan 2007 berjudul “Civil Democratic Islam; Partners,
Resources, and Strategies” dan “Building Moderate Muslim Networks”.
“Dokumen itu baru disetujui
pemerintah AS pada tahun 2008. Laporan Setara itu hanya bahasa lokal
dari laporan Rand Corporation itu,” Kata Munarman sebagaiman dikutip Suara-media.com. (Suara-media.com)
Dengan menggunakan isu radikalisme,
Sesungguhnya Setara Institute telah melakukan kekerasan simbolik dan
mengarahkan kepada kekerasan struktural, dengan menggunakan institusi
hukum. Supaya bila negara melakukan tindak kekerasan kepada ormas-ormas
Islam itu, masyarakat bisa menerima.
Proyek Adu Domba Ala Freemason
Pecah belah dan kuasai (divided and
conquered) adalah program zionisme dalam menaklukkan negeri-negeri yang
mayoritas beragama Islam. Termasuk di Indonesia. Propaganda pemikiran
Pluralisme, Liberalisme, Sekulerisme, Hedonisme yang terus ditebar di
masyarakat.
Zionisme punya berbagai cara untuk
melemahkan Ideologi orang-orang beragama. Dari cara-cara yang terlihat
kasar, sampai pada misi-misi halus yang bertujuan menjauhkan orang-orang
dari agama dan keyakinannya sampai ke akar-akarnya. Cara efektif
menurut jaringan ini adalah adu domba antara ummat beragama dan
membenturkan Pemerintah dengan Publik.
Setara Institute & Propaganda Zionisme (setarainstitute)
Sejak lama sekali Kelompok Jaringan
Liberal Sekulerisme di Indonesia ini mengkampanyekan bahaya ideologi
trans-nasional, wahabisasi global, Islam garis keras, fundamentalisme
Islam, dan lain-lain sebagai bentuk adu domba ummat, dan kini proyeknya
adalah Deradikalisasi!
Diskusi-diskusi Pluralisme, Liberalisme
dan sebagaimana mereka lakukan salah satumnya mengundang Irshad Manji
dan disisi lain mendukung gaya hidup Hedonisme seperti yang Lady Gaga
lakukan.
Propaganda fitnah dan adu domba mereka salah satunya dengan merilis buku “Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia”
Buku ini terbit atas sponsor LSM-LSM liberal yang selama ini dikenal
sebagai “organisasi tadah hujan”, yaitu mereka yang bekerja by order
demi kucuran dollar untuk memojokkan kelompok Islam. Mereka adalah
Gerakan Bhineka Tunggal Ika, The Wahid Institute, Ma’arif Institute, dan
sebuah LSM yang selama ini kerap mengampanyekan kepentingan Zionisme
Internasional, Liberal for All (LibForAll). SETARA Institute melakukan
hal yang sama.
RAND Corporation merupakan salah satu
pengucur dana untuk projek-projek tersebut. Pada tahun 2007 lalu pernah
merilis laporan bagaimana cara menghadapi apa yang mereka sebut kelompok
“ekstremisme Islam”. Laporan itu menyebutkan, untuk memberangun
ekstremisme Islam, maka harus dirangkul kelompok-kelompok yang disebut
sebagai ’’potential partner’’ untuk membantu melawan ekstremisme di
berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Siapa potential partner yang
dimaksud RAND Corporation ? Mereka adalah kelompok sekular, Muslim
liberal, dan kelompok tradisionalis moderat, termasuk kelompok pengusung
sufisme tariqhat dan kelompok Zikir.
Kelompok sekular didefinisikan sebagai
mereka yang menolak campur tangan Agama dalal urusan bernegara, sama
seperti halnya yang pernah disampaikan Ahok (Basuki T Purnama) dengan
pernyataan Populernya “ Kita Tidak Boleh Ta’at Pada Ayat Suci, Tetapi
Ta’at Pada Ayat Konstitusi”. Sangat jelas terlihat cara berfikir liberal
sekulerisme dari pernyataan ini, bentuk upaka memisahkan urusan agama
dengan Negara. Salah satunya target pemikiran ini kedepannya adalah
membubarkan Departemen Agama dan tidak adanya lagi KUA, karena Depag dan
KUA merupakan bentuk salah satu campur tangan pemerintah dalam
beragama. Dalam pandangan Liberal Sekulerisme Agama merupakan urusan
pribadi. Hal ini sangat berbahaya untuk Indonesia yang meletakan
PANCASILA sebagai dasar bernegara dimana Sila Pertama berbunyi Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Misi adu domba ala Zionisme sudah
jauh-jauh hari dijalankan untuk menghancurkan sebuah bangs. Pada Kongres
Zionisme tahun 1903, sudah dicanangkan cara-cara adu domba untuk
memecah belah dan menguasai sebuah Negara dengan cara sebagai berikut :
Pertama, Memperbanyak berdirinya
organisasi-organisasi yang tujuannya sejalan dengan Freemasonry, tetapi
dengan nama-nama yang berbeda.
Kedua, Mempersempit peran agama pada batas-batas Ibadah saja, dan selanjutnya menghancurkan sama sekali.
Ketiga, Menyusupkan anggota-anggota
Freemasonry di kalangan tokoh-tokoh agama lain (non Yahudi) dan
mendirikan organsiasi-organisasi baru sebagai alat menguasai
agama-agama. Inilah makar Zionisme yang sampai hari ini masih berjalan.
Di Indonesia, makar tersebut ditopang oleh LSM-LSM Liberal Sekuler yang
bekerja untuk kepentingan menghancurkan kehidupan beragama di Indonesia.
Jadi,
Tak heran jika Setara Institute memberikan pernyataan tersebut sehingga
menjadi Berita terpopuler KOMPAS hari kemarin (27/5/2012). Semoga
Bermanfaat
sumber:
http://politik.kompasiana.com/2012/05/28/setara-institute-zionisme-dan-propaganda-adu-domba-465558.html