Minggu, 13 Oktober 2013

Setara Institute, Zionisme dan Propaganda Adu Domba






Setera institute (setarainstitute)

       Setara Institute kembali “bernyanyi” dengan pernyataan ketuanya Hendardi, Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com (27/5/2012) Hendardi Ketua Setara Institute menyatakan bahwa Pembatalan konser Lady Gaga yang bertajuk “Born This Way Ball Tour” menunjukkan bahwa Indonesia bukan negara yang sepenuhnya berdaulat. Pengekangan kebebasan berekspresi masih terjadi di negara yang telah merdeka selama 67 tahun ini.

Kompas mengutip pernyataanya sebagai berikut : “Ada tarik ulur izin. Ini sudah bukan wilayah hukum lagi, melainkan komoditas politik. Dan yang paling nyata, kedaulatan aparat hukum sudah dikalahkan kepentingan kelompok tertentu, yang tidak mewakili rakyat Indonesia,” ujar Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Hendardi, kepada Kompas.com, Minggu (27/5/2012).
Penulis menilai cara Hendardi ini tidak lebih dari propaganda Zionisme International yang memang sedang diemban oleh Setara Institute di Indonesia, Cara terakhir ketika sudah tidak mampu lagi berbuat adalah menghembuskan angin kebusukan, perpecahan dan adu domba. Target pernyataanya ini tidak lebih dari sekedar “Mengkompori” POLRI seakan-akan POLRI telah jatuh wibawanya, terlebih dengan menyatakan bahwa batalnya konser Lady Gaga adalah kemenangan Kelompok tertentu.
13381662172137272766
Hendardi Ketua Setara Institute (setarainstitute)
Menyebut Indonesia tidak berdaulat dan kemenangan kelompok tertentu (dalam hal ini FPI dan Islam), Cuma Setara Institute malu-malu menyebutnya, merupakan Proyek Adu Domba Pemerintah dan Rakyat.
Hendardi juga mengatakan pembatalan ini bentuk tidak menghargai keberagaman di Indonesia, Menurut Hendardi, pembatalan konser Lady Gaga membuat penegakan HAM di Indonesia mundur satu langkah, serta ketiadaan sikap tegas pemerintah Indonesia. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, kedaulatan hukum di Indonesia akan semakin buruk.

Hal ini dibantah Menteri Agama (Menag RI) bahwa pembatalan Konser Lady Gaga bukan kemenangan siapapun dan bukan pula kemenangan FPI. Menag justru menaruh hormat dan berterima kasih kepada Big Daddy Entertaiment selaku Promotor yang sudah berlaku bijak dalam hal ini (kompas.com).
Maka, apa yang dilakukan oleh Setara Institute dengan menghembuskan kebencian terhadap kelompok yang dimaksudkanya dengan seolah-olah menyatakan Indonesia telah hilang kedaulatannya menurut Penulis adalah bentuk dari konspirasi Zionisme dalam bentuk adu domba ketika cita-cita mereka tidak tercapai.
Setara Institute Pernah Membuat Laporan Sampah
Setara Institute merupakan LSM yang mengembangkan dan mengkampanyekan Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme di Indonesia seperti halnya Gerakan-Gerakan Sekuler lainnya. Pastinya mereka memasang badan untuk “memerangi” kelompok lain yang tidak sejalan dengan pemikirannya.
Hal ini pernah Setara lakukan dengan membuat laporan yang ngawur tentang radikalisme Islam di Jabotabek dan Jawa Barat. Seorang Mahasiswa Program Dokotral ditahun 2010 yang lalu menilai laporan Setara Insttitute tersebut tak lebih dari “Sampah” (mediaislam.com)
1338166281853929253
Hendardi Bersama Adnan Buyung Nasution Berbagai Cara Untuk Membredel Gerakan Keagamaan di Indonesia Salah Satunya Melalui RUU Intelijen (matanews.com)
Hasil riset SETARA Institute tersebut merupakan proyek-proyek Zionisme International, dimana Riset ini dibiayai oleh lembaga dari Amerika, United States Agency for International Development (USAID) itu jelas-jelas menghasilkan kesimpulan yang bukan saja salah, tapi juga penuh fitnah dan provokatif.
LSM yang berkantor di Benhil Jakarta Pusat itu berkesimpulan bahwa radikalisme disebabkan oleh dua hal, genealogi masa lalu dan frustrasi sosial akibat kesejahteraan yang tidak merata. Menurut mereka, secara ideologis radikalisme berakar dari gerakan Masyumi, Darul Islam (DI) dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Yang menggelikan, mereka menuduh bahwa radikalisme disebabkan oleh frustrasi sosial akibat kesejahteraan yang tidak merata. Artinya mereka menganggap bahwa para pelaku tindakan ‘radikal’ itu adalah orang-orang miskin dan marjinal.

Jika dicermati, laporan LSM liberal yang menyebarkan virus Liberal Sekulerisme di Indonesia yang dipimpin oleh Hendardi itu akan banyak ditemui hal-hal yang bertentangan dengan fakta, bahkan saling kontradiktif. Pada halaman 80 misalnya, mereka menulis Habib Rizieq Syihab tidak menyelesaikan studi S-2nya di Malaysia, padahal Habib Rizieq malah sedang menyelesaikan program doktoralnya. Setara memasukkan FUI sebagai organisasi radikal, padahal dalam ‘riset’ yang mereka lakukan, tidak ada masyarakat yang mempersepsikan FUI sebagai ormas radikal yang gemar melakukan kekerasan (hal. 64-65). Setara juga menuduh, orang-orang seperti Al Khaththath, Ismail Yusanto, Cholil Ridwan adalah tokoh radikal yang menyusup ke tubuh MUI. Padahal keberadaan mereka di MUI sah berdasarkan Surat Keputusan (SK) yang sah pula. Terkait dana, rupanya Setara melakukan kesalahan yang sangat fatal. Sepertinya mereka terlalu memaksakan diri menulis hal ini. Sebagai contoh, mereka melaporkan bahwa Suara Islam (SI) didanai sejumlah politisi Partai Gerindra. Selain itu juga oleh Bio Additive OCTANE N, Es Pisang Hijau, Bakso Qalbu dan Royal Java Tour and Travel. Kesimpulan ini mereka dapatkan setelah ‘mengintip’ website resmi SI (www.suara-islam.com) dan membeli sebuah tabloid SI edisi 103.
Sementara tokoh-tokoh yang mereka sebut, seperti Habib Rizieq, Al Khaththath, Chep Hernawan, Salim Badjri, Muhammad Qudsy juga mengaku tidak pernah dihubungi pihak Setara. Padahal tidak ada satu kesulitanpun untuk menghubungi mereka. Sementara dalam laporan itu nama mereka disebut puluhan kali dalam banyak tempat. Kata Forum Umat Islam (FUI) misalnya, disebut setidaknya 160 kali di 30 tempat. Sedangkan nama Muhammad Al Khaththath disebut sebanyak 21 kali di 13 tempat.

Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto juga membantah bila ada kadernya yang pernah diwawancarai Setara. “Setiap wawancara untuk penelitian harus seizin Jubir dan tidak pernah ada ajuan izin dari Setara Institute”, jawab Ismail (SuaraIslam.com)
Setara Institute & Propaganda Zionisme International
Setara Institue bekerja berdasarkan pesanan Zionisme International dalam laporan “ngawurn” tersebut yaitu dari Rand Corporation. Rand Corporation sendiri adalah sebuah Pusat Penelitian dan Pengkajian Strategi tentang Islam dan Timur Tengah, yang berpusat di Santa Monica, California dan Arington, Virginia, Amerika Serikat. Beroperasi atas biaya Smith Richardson Foundation.
Rand Corporation dulunya adalah perusahaan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California yang didirikan setelah berakhirnya Perang Dunia II. Kini perusahaan tersebut melihat dirinya sebagai lembaga think tank independen, walaupun sebagian besar dana untuk 800 orang staf penelitinya diperoleh dari pengerjaan proyek penelitian badan militer AS, Pentagon.
Munarman dari FPI menjelaskan ada kesamaan Agenda antara Setara Institute, Moderate Muslim Society (MMS) dan BNPT dengan Rand Corporation dalam proyek deradikalisasi Islam. Semua itu berangkat dari dua laporan Rand Corporation yang dikeluarkan pada tahun 2003 dan 2007 berjudul “Civil Democratic Islam; Partners, Resources, and Strategies” dan “Building Moderate Muslim Networks”.
Dokumen itu baru disetujui pemerintah AS pada tahun 2008. Laporan Setara itu hanya bahasa lokal dari laporan Rand Corporation itu,” Kata Munarman sebagaiman dikutip Suara-media.com. (Suara-media.com)
Dengan menggunakan isu radikalisme, Sesungguhnya Setara Institute telah melakukan kekerasan simbolik dan mengarahkan kepada kekerasan struktural, dengan menggunakan institusi hukum. Supaya bila negara melakukan tindak kekerasan kepada ormas-ormas Islam itu, masyarakat bisa menerima.

Proyek Adu Domba Ala Freemason
Pecah belah dan kuasai (divided and conquered) adalah program zionisme dalam menaklukkan negeri-negeri yang mayoritas beragama Islam. Termasuk di Indonesia. Propaganda pemikiran Pluralisme, Liberalisme, Sekulerisme, Hedonisme yang terus ditebar di masyarakat.
Zionisme punya berbagai cara untuk melemahkan Ideologi orang-orang beragama. Dari cara-cara yang terlihat kasar, sampai pada misi-misi halus yang bertujuan menjauhkan orang-orang dari agama dan keyakinannya sampai ke akar-akarnya. Cara efektif menurut jaringan ini adalah adu domba antara ummat beragama dan membenturkan Pemerintah dengan Publik.
1338166506169172502
Setara Institute & Propaganda Zionisme (setarainstitute)
Sejak lama sekali Kelompok Jaringan Liberal Sekulerisme di Indonesia ini mengkampanyekan bahaya ideologi trans-nasional, wahabisasi global, Islam garis keras, fundamentalisme Islam, dan lain-lain sebagai bentuk adu domba ummat, dan kini proyeknya adalah Deradikalisasi!

Diskusi-diskusi Pluralisme, Liberalisme dan sebagaimana mereka lakukan salah satumnya mengundang Irshad Manji dan disisi lain mendukung gaya hidup Hedonisme seperti yang Lady Gaga lakukan.
Propaganda fitnah dan adu domba mereka salah satunya dengan merilis buku “Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia” Buku ini terbit atas sponsor LSM-LSM liberal yang selama ini dikenal sebagai “organisasi tadah hujan”, yaitu mereka yang bekerja by order demi kucuran dollar untuk memojokkan kelompok Islam. Mereka adalah Gerakan Bhineka Tunggal Ika, The Wahid Institute, Ma’arif Institute, dan sebuah LSM yang selama ini kerap mengampanyekan kepentingan Zionisme Internasional, Liberal for All (LibForAll). SETARA Institute melakukan hal yang sama.

RAND Corporation merupakan salah satu pengucur dana untuk projek-projek tersebut. Pada tahun 2007 lalu pernah merilis laporan bagaimana cara menghadapi apa yang mereka sebut kelompok “ekstremisme Islam”. Laporan itu menyebutkan, untuk memberangun ekstremisme Islam, maka harus dirangkul kelompok-kelompok yang disebut sebagai ’’potential partner’’ untuk membantu melawan ekstremisme di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Siapa potential partner yang dimaksud RAND Corporation ? Mereka adalah kelompok sekular, Muslim liberal, dan kelompok tradisionalis moderat, termasuk kelompok pengusung sufisme tariqhat dan kelompok Zikir.
Kelompok sekular didefinisikan sebagai mereka yang menolak campur tangan Agama dalal urusan bernegara, sama seperti halnya yang pernah disampaikan Ahok (Basuki T Purnama) dengan pernyataan Populernya “ Kita Tidak Boleh Ta’at Pada Ayat Suci, Tetapi Ta’at Pada Ayat Konstitusi”. Sangat jelas terlihat cara berfikir liberal sekulerisme dari pernyataan ini, bentuk upaka memisahkan urusan agama dengan Negara. Salah satunya target pemikiran ini kedepannya adalah membubarkan Departemen Agama dan tidak adanya lagi KUA, karena Depag dan KUA merupakan bentuk salah satu campur tangan pemerintah dalam beragama. Dalam pandangan Liberal Sekulerisme Agama merupakan urusan pribadi. Hal ini sangat berbahaya untuk Indonesia yang meletakan PANCASILA sebagai dasar bernegara dimana Sila Pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Misi adu domba ala Zionisme sudah jauh-jauh hari dijalankan untuk menghancurkan sebuah bangs. Pada Kongres Zionisme tahun 1903, sudah dicanangkan cara-cara adu domba untuk memecah belah dan menguasai sebuah Negara dengan cara sebagai berikut :

Pertama, Memperbanyak berdirinya organisasi-organisasi yang tujuannya sejalan dengan Freemasonry, tetapi dengan nama-nama yang berbeda.

Kedua, Mempersempit peran agama pada batas-batas Ibadah saja, dan selanjutnya menghancurkan sama sekali.
Ketiga, Menyusupkan anggota-anggota Freemasonry di kalangan tokoh-tokoh agama lain (non Yahudi) dan mendirikan organsiasi-organisasi baru sebagai alat menguasai agama-agama. Inilah makar Zionisme yang sampai hari ini masih berjalan. Di Indonesia, makar tersebut ditopang oleh LSM-LSM Liberal Sekuler yang bekerja untuk kepentingan menghancurkan kehidupan beragama di Indonesia.
Jadi, Tak heran jika Setara Institute memberikan pernyataan tersebut sehingga menjadi Berita terpopuler KOMPAS hari kemarin (27/5/2012). Semoga Bermanfaat

sumber:
http://politik.kompasiana.com/2012/05/28/setara-institute-zionisme-dan-propaganda-adu-domba-465558.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

biasakan setelah membaca untuk memberikan komentar