pasar global |
Perusahaan tidak dapat sekadar bertahan di pasar domestik dan
berharap dapat mempertahankan pasarnya. Namun harus mampu menembus
pasar global. Berikut siasat dan strateginya, berdasarkan pengalaman
PT. Sorini Corp. dan PT. Sayap Mas Utama.
Sekarang, perusahaan tidak dapat lagi hanya memusatkan perhatian
pada pasar domestiknya. Ini betapa pun pasar domestiknya itu besar.
Sebagian besar industri kini adalah industri level dunia. Perusahaan
yang beroperasi secara global diyakini mampu menekan biaya operasional
dan meraih kemasyuran merek produknya yang lebih luas. Proteksi hanya
mampu memperlambat masuknya produk-produk unggul. Cara bertahan terbaik
justru menyerbu pasar di seluruh dunia.
Tapi pemasaran global juga mengandung risiko besar. Hal ini karena
luktuasi mata uang, pemerintah yang tidak stabil, hambatan para
proteksionis, biaya-biaya adaptasi produk dan komunikasi yang mahal,
serta beberapa faktor lain. Namun, daur hidup produk internasional
mendukung gagasan bahwa keunggulan komparatif pada sebagian besar
industri akan berpindah dari negara dengan biaya tinggi ke negara biaya
dengan biaya rendah. Karena itulah perusahaan tidak dapat sekadar
bertahan di pasar domestik dan berharap dapat mempertahankan pasarnya.
Langkah pertama: memahami lingkungan pemasaran internasional.Khususnya sistem perdagangan internasional.
Ketika mempertimbangkan pasar asing tertentu, karakteristik ekonomi,
hukum, politik dan budaya negara tujuan pasar harus diperhitungkan. PT.
Sorini Corporation, misalnya. Ini perusahaan penghasil sorbitol
(monosakarida polyhdric alcohol);antara lain sebagai bahan baku
farmasi, pasta gigi, dan kosmetik. Sorini mula-mula mempertimbang pasar
yang mempunyai harga sorbitol tertinggi di dunia: Jepang.
Langkah kedua, perusahaan harus mempertimbangkan proporsi penjualandi pasar asing terhadap sasaran total penjualannya;
apakah akan melakukan bisnis di beberapa negara saja, atau di banyak
negara, dan negara seperti apa yang akan dimasukinya. Pasar sorbitol di
Jepang saja mencapai 400 ribu metrik ton. Sorini hanya mampu
mengekspor 4.000 metrik ton atau 1 % saja. Pasar ekspor Sorini saat ini
adalah Jepang (15%), Brazil (14%), Vietnam dan Amerika (12%) serta
Nigeria (11%).
Untuk menembus pasar Uni Eropa, kawasan yang memberlakukan Common
Agriculture Policy– semua produk pertanian dan produk turunan berbahan
baku pertanian masih diproteksi – PT. Sayap Mas Utama mengawalinya dari
Kongo. Saat ini pasar ekspornya adalah Nigeria (25 %), Filipina (18%),
Kongo (12%), Angola (8 %), Ghana (6 %), Jepang (4%), Malaysia (4%),
Thailand (3 %) dan Kamerun (3%). Sisanya, beberapa negara lain di Asia,
Afrika, Eropa dan kawasan Pasifik.
Langkah ketiga, memutuskan pasar mana saja yang akan dimasuki.
Langkah ini mengharuskan penilaian atas besarnya laba atas investasi
yang harus dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Sorini
mampu memasuki pasar di lebih dari 60 negara. Selama 2001-2005, nilai
ekspornya tumbuh 12,26%. Pada 2005, nilai ekspornya 29,7 juta dolar AS
dan pada 2006 diperkirakan telah menembus Rp 1 triliun. Demikian pula,
PT. Sayap Mas Utama, yang saat ini mampu menembus pasar di lebih dari
90 negara, dengan nilai ekspor selama 2001-2005 tumbuh 22,3% per tahun,
dan total ekspornya mencapai 58 juta dolar AS.
Langkah keempat, perusahaan harus memutuskan cara memasuki pasar luar negeriyang menjadi tujuan.
Banyak perusahaan yang memulainya sebagai pengekspor tidak langsung,
atau langsung, lalu beranjak ke cara berikutnya: lisensi. Caranya
dengan membentuk usaha patungan, dan akhirnya melakukan investasi
langsung di Negara tujuan ekspornya. Evolusi ini dinamakan proses
internasionalisasi. Sorini, misalnya. Mula-mula hanya importir sorbitol
dan bertindak sebagai agen Unilever di Indonesia. Untuk memenuhi
kebutuhan Unilever, Sorini mengimpor dari Roquette. Ia kemudian
membangun pabrik sendiri di Gempol, Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur,
dengan membeli teknologi dari Denmark.
Selanjutnya, perusahaan harus memutuskan sejauh mana produk,
promosi, harga dan distribusi mereknya perlu disesuaikandengan
pasar-pasar asing secara individual. Sorini melakukan inovasi di bidang
logistik. Hal ini karena ia melakukan ekspor ke lebih dari 60 negara
yang memakan biaya besar. Biaya logistik tersebut mencapai 20-30% dari
harga jual produknya. Sedangkan Sayap Mas ikut menggarap promosi yang
disesuaikan budaya dan kondisi di masing-masing Negara, dan secara
bersamaan mencari distributor eksklusif (hanya khusus mendistribusikan
produk Wing),serta harus bersedia membangun merek Wing secara
eksklusif.
Harga ditetapkan berdasarkan aturan main di negara tujuan ekspor.
Untuk pasar Afrika, selain memasang billboard, ia menjadi sponsor liga
nasional: SoKlinCup. Selain itu juga membagi-bagi hadiah, seperti
payung dan ember, langsung ke pasar. Bila pasarnya besar, Sayap Mas
mengirim orang khusus untuk menangani promosi di negara tersebut dan di
sana ia mendirikan perwakilan.
Akhirnya,perusahaan harus membangun organisasi yang
efektif untuk menyelenggarakan pemasaran internasional. Kebanyakan
perusahaan memulainya dengan sebuah departemen ekspor, sampai divisi
internasional. Ini langkah menuju organisasi global, yang berarti
manajemen puncak harus memikirkan dan merencanakan strategi global
Sorini agar dapat bersaing secara global pula.
Paling tidak ada empat hal yang dilakukannya. Pertama,menguasai teknologi yang memungkinkan dapat menghasilkan produk berkualitas. Kedua, berinovasi, baik kemasan, logistik maupun di bidang transportasi. Ketiga,melakukan perbaikan terus-menerus dalam berproduksi. Keempat,meraih keandalan dalam penanganan pelanggan agar dipercaya.
Sumber: Majalah Cetak Pengusaha Muslim Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
biasakan setelah membaca untuk memberikan komentar